TOKSIKOLOGI INDUSTRI
“ BAHAYA TOKSIKOLOGI KROMIUM”
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Indonesia merupakan sebuah negara
yang kaya dengan potensi alamnya. Selain itu Indonesia juga
sedang melakukan pembangunan negeri. Dalam pembangunan ini, maka banyak
muncul industri sebagai penguat ekonomi. Salah satunya adalah industri
pelapisan logam. Industri ini banyak memberikan manfaat, tetapi juga
meninggalkan banyak pencemaran lingkungan dan penyakit yang menghinggapi para
pekerjanya.
Menurut Mukono, dalam jumlah kecil
kromium (Cr) dibutuhkan oleh manusia. Yaitu sebagai obat penguat stamina untuk
beraktivitas sehari-hari dalam jumlah tertentu. Tetapi akan berbahaya kalau
berlebihan terpapar oleh tubuh manusia. Akibatnya dapat berupa penyakit kronis,
berlangsung selama bertahun-tahun, kalau mengenai salah satu organ tubuh.
Environmental Protection
Agency (EPA)
Amerika Serikat menggolongkan kromium sebagai suatu zat yang bersifat
karsinogenik. Pekerja perusahaan yang menggunakan proses pelapisan kromium
berisiko tinggi terimbas pencemaran kromium. Akumulasi uap yang terhirup saat
proses pelapisan kromium bisa menyebabkan sesak napas dan berujung pada kanker
paru-paru. Bukan itu saja, kulit yang terpapar kromium terus menerus akan
menimbulkan ulserasi (borok), ulserasi pada
selaput lendir hidung, vascular effect (pembuluh
darah pada aorta rusak), anemia dan membuat tubuh lesu, menurunkan imunitas
tubuh, gangguan reproduksi dan gangguan ginjal. Sejak 1982, penyakit dermatitis
telah menjadi salah satu dari sepuluh besar penyakit akibat kerja (PAK)
berdasarkan potensial insidens, keparahan dan kemampuan untuk dilakukan
pencegahan (NIOSH 1996).
Biro statistik Amerika Serikat
(1988), penyakit kulit menduduki sekitar 24% dari seluruh penyakit akibat kerja
yang dilaporkan. Setengah sampai dua pertiga dermatitis akibat kerja terjadi di
pabrik. Walaupun insiden penyakit dermatitis akibat kerja terus menurun secara
perlahan sejak tahun 1974, hal tersebut diyakini karena tidak diketahui atau
karena kesalahan dalam klasifikasi penyakit. The National Institute of
Occupational Safety Hazards (NIOSH) dalam survei tahunan (1975)
memperkirakan angka kejadian dermatitis akibat kerja yang sebenarnya adalah 20
-30 kali lebih tinggi dari kasus yang dilaporkan (Thaha, 1997).
Amerika Serikat mencatat bahwa
dermatitis akibat kerja merupakan 40% dari semua penyakit akibat kerja yang non
traumatik. Di Inggris lebih banyak hari kerja yang hilang karena penyakit
dermatitis kontak dibandingkan dengan hari kerja yang hilang karena penyakit
akibat kerja lainnya. Pada pekerja laki-laki diperkirakan 650.000 hari kerja
yang hilang, sedangkan wanita sebanyak 200.000 hari kerja yang hilang pertahun
(Djarismawati, 2004). Di Amerika Serikat pula, 90% klaim kesehatan akibat
kelainan kulit pada pekerja diakibatkan oleh dermatitis kontak. Antigen
penyebab utamanya adalah nikel, potasium dikromat dan parafenilendiamin.
Konsultasi ke dokter kulit sebesar 4-7% diakibatkan oleh dermatitis kontak.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini yaitu :
1. Bagaimana
penyebaran kromium dalam tubuh ?
2. Apakah
sifat dan kegunaan kromium ?
3. Darimana
sumber kromium ?
4. Bagaimana
bentuk keracunan kromium ?
C.
Tujuan
dan Manfaat
Berdasarkan
rumusan masalah di atas maka tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan
makalah ini yakni:
1. Untuk
mengetahui penyebaran kromium dalam tubuh.
2. Untuk
mengetahui sifat dan kegunaan kromium.
3. Untuk
mengetahui sumber kromium.
4. Untuk
mengetahui bentuk keracunan kromium.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Toksikologi
Toksikologi
adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia (Casarett and Doulls,
1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/ cedera pada
organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi
substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme
terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang
merugikan terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan
sehari-hari tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi
lingkungan dan ekotoksikologi.
Toksikologi adalah Ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang sifat sifat dan cara kerja racun. Ilmu ini membutuhkan
disiplin lain untuk memahaminya. Cabang cabang ilmu biologi, kimia, biokimia,
farmakologi, fisiologi dan patologi adalah ilmu ilmu yang sangat menunjang
dalam mempelajari atau mendalami toksikologi. Para ahli toksikologi (Toxicologist),
dengan tujuan dan metoda tertentu tugasnya adalah mencari/mempelajari bagaimana
bekerjanya (Harmful action) bahan bahan kimia (beracun) pada jaringan
atau tubuh.
Toksikologi dapat didefinisikan
sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik)
berbagai bahan kimia terhadap makhluk hidup dan sistem biologik lainnya. Ia
dapat juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek
tersebut sehubungan dengan terpejannya (exposed) makhluk tadi. Apabila zat
kimia dikatakan berracun (toksik), maka kebanyakan diartikan sebagai zat yang
berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu pada
suatu organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis,
konsentrasi racun di reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi
bioorganisme atau sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk efek
yang ditimbulkan. Sehingga apabila menggunakan istilahtoksik atautoksisitas,
maka perlu untuk mengidentifikasi mekanisme biologi di mana efek berbahaya itu
timbul.
Sedangkan toksisitas merupakan sifat
relatif dari suatu zat kimia, dalam kemampuannya menimbulkan efek berbahaya
atau penyimpangan mekanisme biologi pada suatu organisme (Wirasuta, 2006).
B.
Kromium
Pada tahun
1797, analis dari Prancis, yang bernama Louis-Nicholas Vauquelin menemukan
“kromium“. Namun sebelumnya, Vauquelin menganalisis zamrud dari Peru dan
menemukan bahwa warna hijau adalah karena adanya unsur baru, yaitu kromium.
Bahkan, nama
kromium berasal dari kata Yunani “kroma” yang berarti “warna”, dinamakan
demikian karena banyaknya senyawa berwarna berbeda yang diperlihatkan oleh
kromium Satu atau dua tahun kemudian seorang kimiawan dari Jerman, Tassaert
yang bekerja di Paris menemukan kromium dalam bijih Kromit, Fe(CrO2)2,
yang merupakan sumber utama kromit hingga sekarang.
Pada
pertengahan abad ke-18 seorang analisis dari Siberia menunjukkan bahwa kromium
terdapat cukup banyak dalam senyawa PbCrO4, tetapi juga terdapat
dalam senyawa lain. Ini akhirnya diidentifikasi sebagai kromium oksida. Kromium
oksida ditemukan pada 1797 oleh Louis-Nicholas Vauquelin.
Kromium adalah sebuah unsur kimia
dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Khrom juga
berwarna abu-abu, berkilau, keras sehingga memerlukan proses pemolesan yang
cukup tinggi.
Khromium (Cr) adalah metal kelabu
yang keras. Khromium terdapat pada industri gelas, metal, fotografi, dan
elektroplating. Dalam bidang industri, khromium diperlukan dalam dua bentuk,
yaitu khromium murni dan aliasi besi-besi khromium yang disebut ferokromium sedangkan
logam khromium murni tidak pernah ditemukan di alam. Khromium sendiri
sebetulnya tidak toksik, tetapi senyawanya sangat iritan dan korosif. Inhalasi
khromium dapat menimbulkan kerusakan pada tulang hidung. Di dalam paru-paru,
khromium ini dapat menimbulkan kanker. Sebagai logam berat, khrom termasuk
logam yang mempunyai daya racun tinggi. Daya racun yang dimiliki oleh khrom
ditentukan oleh valensi ionnya. Logam Cr6+ merupakan bentuk yang paling banyak
dipelajari sifat racunnya dikarenakan Cr6+ merupakan toxic yang sangat kuat dan
dapat mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan keracunan kronis. (Soemirat,
2002).
Khromium mempunyai konfigurasi electron 3d54s1, sangat
keras, mempunyai titik leleh dan titik didih tinggi diatas titik leleh dan
titik didih unsur-unsur transisi deret pertama lainnya. Bilangan oksidasi yang
terpenting adalah +2, +3 dan +6. jika dalam keadaan murni melarut dengan lambat
sekali dalam asam encer membentuk garam kromium (II). (Achmad, Hiskia,
1992).
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Penyebaran
Kromium
Jalur pemajanan kromium melalui:
a. Pernafasan
Cara masuk krom melalui saluran
pernafasan adalah dengan menghirup debu kromium yang dihasilkan dari proses
produksi. Krom (VI) ditemukan di zona pernafasan pada pekerja dibagian
pengelasan dengan konsentrasi antara 3,8-6,6 µgr/m3 .
b. Saluran pencernaan
Cara masuk krom dapat melalui
makanan atau tertelan. Kandungan krom dalam makanan berkisar antara 5-250
µgr/kg. makanan yang mempunyai kadar kromium tinggi yaitu lada dan ragi bir
(Schroeder et al, 1962).
c. Kulit
Sifat dari senyawa krom seperti adam
kromik, dikromat dan kromium (VI) selain iritan juga kororsif, bila terjadi
kontak langsung dapat menimbukan alergi. Kromium khususnya kromat, banyak
menimbulkan alergi dan penyebab dermatitis terbesar bagi pekerja.
B.
Sifat
dan Kegunaan Kromium
a. Sifat kromium
1.
Sifat
fisik kromium
Massa
Jenis
|
7,15 g/cm3
(250C)
|
Titik
Lebur
|
2180 K,
19070C, 3465 ° F
|
Titik
Didih
|
2944 K,
26710C, 4840 ° F
|
Entalpi
Peleburan
|
20,5 kJ
mol -1
|
Panas
Penguapan
|
339 kJ mol
-1
|
Entalpi
Atomisasi
|
397 kJ mol -1
|
Kapasitas
Kalor (250C)
|
23,25 J/mol.K
|
Konduktivitas
Termal
|
94 W m -1
K -1
|
Koefisien
ekspansi termal linier
|
4,9 x 10
-6 K -1
|
Kepadatan
|
7,140 kg m
-3
|
Volum
Molar
|
7,23 cm 3
|
Sifat
Resistivitas listrik
|
12,7 10 -8
Ω m
|
|
|
Karakteristik
|
24Cr
|
Massa atom relative
|
51,996
|
Jari-jari atom (nm)
|
0,117
|
Jari-jari ion(pm) M+2, M+3, M+4,
M+5, M+6 (Bilangan koordinasi 6)
|
73, 61.5, 55, 49, 44
|
Keelektronegatifan
|
1,6
|
Energi ionisasi (IE) kJ/mol-1
|
659
|
Kelimpahan (ppm)
|
122
|
Densitas (g cm-3)
|
7, 14
|
Potensial elektroda
M+2(aq) + 2e
M(s)
M3+(aq) + e
M+2(aq)
|
-0,56
-0,41
|
Konfigurasi elektronik
|
[18Ar] 3d54s1
|
Konfigurasi elektronik untuk kromium menyimpang dari
diagram Aufbau. Dibandingkan molibdenum dan wolfram, kromium lebih mudah
bereaksi dengan asam non oksidator menghasilkan Cr(II), tetapi dengan asam
oksidator reaksinya menjadi terhambat dengan terbentuknya lapisan kromium(III)
oksida (Sugiyarto dan Suyanti, 2010). Kromium mempunyai variasi tingkat
oksidasi yang paling banyak, sehingga logam kromium lebih banyak membentuk persenyawaan.
Hal ini disebabkan oleh kecenderungan logam golongan 6 pada tingkat oksidasi
rendah tidak stabil dengan naiknya nomor atom.
Senyawa-senyawa oksida kromium, seperti Cr2O3
dan Cr(OH)3 bersifat amfoterik. Hal ini disebabkan oleh karena sifat
basa oksida dan hidroksida kromium menurun (atau sifat asam naik) dengan
naiknya tingkat oksidasi. Sama seperti CrO3 yang mempunyai tingkat
oksidasi lebih tinggi bersifat asam. Hal ini dapat dipahami bahwa Cr(VI)
mempunyai jari-jari ionik lebih pendek dan rapatan muatan lebih tinggi sehingga
spesies ini mempunyai kecenderungan yang lebih besar sebagai akseptor pasangan
elektron. Karakteristik beberapa oksida kromium
Tingkat
oksidasi
|
Oksida (a)
|
Hidroksida
|
Sifat
|
Ion
|
Nama
|
Warna
|
+2
|
CrO
|
Cr(OH)2
|
Basa
|
Cr2+ (b)
|
Kromo kromium(II)
|
Biru muda
|
+3
|
Cr2O3 (hijau)
|
Cr(OH)3(c)
|
amfoterik
|
Cr2+ atau [Cr(H2O)6]3+
[Cr(OH)3](d)
|
Kromi atau kromium(III)
|
Violet hijau
|
+6
|
Cr2O3 (merah tua)
|
CrO2(OH)2 Cr2O5(OH)2
|
Asam
|
CrO42-
Cr2O72-
|
Kromat dokromat
|
Kuning oranye
|
Kromium trioksida bersifat sangat asam dan bereaksi
dengan basa menghasilkan kromat, CrO4-. Penurunan pH,
dengan penambahan asam ke dalam larutan kromat pada mulanya mengakibatkan
kondensasi unit-unit tetahedron CrO4 menjadi ion dikromat Cr2O72-,
dan kondensasi lebih lanjut menghasilkan endapan CrO3
2.
Sifat
kimia kromium
Nomor Atom
|
24
|
Massa Atom
|
51,9961
g/mol
|
Golongan,
periode, blok
|
VI B, 4, d
|
Konfigurasi
elektron
|
[Ar] 3d5
4s1
|
Jumlah
elektron tiap kulit
|
2, 8,13, 1
|
Afinitas
electron
|
64,3 kJ /
mol -1
|
Ikatan
energi dalam gas
|
142,9 ±
5,4 kJ / mol -1.
|
Panjang
Ikatan Cr-Cr
|
249 pm
|
Senyawa
beracun dan mudah terbakar
|
|
b. Kegunaan kromium
Khrom
digunakan untuk mengeraskan baja, pembuatan baja tahan karat dan membentuk
banyak alloy (logam campuran) yang berguna. Kebanyakan digunakan dalam proses
pelapisan logam untuk menghasilkan permukaan logam yang keras dan indah dan
juga dapat mencegah korosi. Khrom memberikan warna hijau emerald pada kaca.
Industri refraktori menggunakan khromit untuk membentuk batu bata, karena
khromit memiliki titik cair yang tinggi, pemuaian yang relatif rendah dan
kestabilan struktur kristal.
Beberapa
senyawa kromium digunakan sebagai katalis. Misalnya Phillips katalis untuk
produksi polietilen adalah campuran dari kromium dan silikon dioksida atau
campuran dari krom dan titanium dan aluminium oksida. Kromium (IV) oksida (CrO
2) merupakan sebuah magnet senyawa
Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi
mengkilat. Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan sebagai pelapis
pada ornamen-ornamen bangunan, komponen kendaraan, seperti knalpot pada sepeda
motor, maupun sebagai pelapis perhiasan seperti emas, emas yang dilapisi oleh
kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas putih.
Perpaduan
Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan karat. Kromium (IV)
oksida digunakan untuk pembuatan pita magnetik digunakan dalam performa tinggi
dan standar kaset audio.
Asam kromat adalah agen oksidator yang kuat dan merupakan senyawa yang
bermanfaat untuk membersihkan gelas laboratorium dari setiap senyawa organik.
Hal ini disiapkan dengan melarutkan kalium dikromat dalam asam sulfat pekat,
yang kemudian digunakan untuk mencuci aparat. Natrium dikromat kadang-kadang
digunakan karena lebih tinggi kelarutan (5 g/100 ml vs 20 g/100 ml
masing-masing). Kalium dikromat merupakan zat kimia reagen, digunakan dalam
membersihkan gelas laboratorium dan sebagai agen titrating.
Dalam
industri logam, kromium terutama digunakan untuk membuat paduan (aliase) dengan
besi, nikel, dan kobalt. Penambahan kromium memberikan kekuatan dan kekerasan
serta sifat tahan karat pada paduan logam. Baja tahan karat (stainless steels)
mengandung sekitar 14% kromium. Oleh karena kekerasannya, paduan kromium dengan
kobalt dan tungsten (wolfram) digunakan untuk membuat mesin potong cepat.
Kromium digunakan dalam membuat berbagai macam pernik kendaraan bermotor karena
sangat mengkilap. Penggunaan kromium sebagai refraktori terutama karena
mempunyai titik leleh yang tinggi (1857°C), koefisien muai yang tidak terlalu
besar dan mempunyai bentuk kristal yang stabil.
Kromium
digunakan untuk melapisi baja untuk variasi (pernik) kendaraan bermotor dan
untuk tujuan dekoratif lainnya. Pelapisan itu dilakukan secara elektrolisis,
yaitu dengan electroplating. Untuk tujuan itu digunakan senyawa kromium dengan
tingkat oksidasi +6. Dalam prosesnya, kromium mula-mula direduksi menjadi Cr+
baru kemudian menjadi kromium. Akan tetapi, jika larutan yang digunakan adalah
Cr3+, ternyata pelapisan tidak teijadi. Hal itu disebabkan ion Cr3* dalam air
terikat sebagi ion kompleks yang stabil, yaitu [Cr(H20)6]3+. Ion kompleks ini
tidak mudah direduksi. Jika yang digunakan adalah Cr6+, maka ion
Cr3"1" terbentuk dalam suatu lapisan di permukaan logam dan tidak
lagi bereaksi dengan air, melainkan langsung direduksi menjadi unsur kromium
(Cr).
C.
Sumber
Kromium
Di alam
kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas. Selain ditemukan dalam bijih
kromit, kromium juga dapat ditemukan dalam PbCrO4, yang merupakan
mineral kromium dan banyak ditemukan di Rusia, Brazil, Amerika Serikat, dan
Tasmania. Selain itu, kromium juga dapat ditemukan di matahari, meteorit, kerak
batu dan air laut.
Bijih utama khrom adalah khromit,
yang ditemukan di Zimbabwe, Rusia, Selandia Baru, Turki, Iran, Albania, Finlandia,
Republik Demokrasi Madagaskar, dan Filipina. Logam ini biasanya dihasilkan
dengan mereduksi khrom oksida dengan aluminum.
Kromium adalah elemen yang secara
alamiah ditemukan dalam konsentrasi yang rendah di batuan, hewan, tanaman,
tanah, debu vulkanik dan juga gas. Kromium terdapat di alam dalam beberapa
bentuk senyawa yang berbeda. Bentuk yang paling umum adalah kromium (0),
kromium (III) dan kromium (VI). Kromium (VI) dan kromium (0) umumnya dihasilkan
dari proses industri.
Kromium (III) terdapat di alam
secara alamiah dan merupakan salah satu unsur nutrisi yang penting bagi
manusia. Kromium (VI) dan kromium (0) umumnya dihasilkan dari proses industri.
Kromium adalah logam baja berwarna abu – abu, ditambang dalam bentuk biji
kromit, tidak berbau dan mengkilat. Kromium stabil pada tekanan dan temperature
normal. Kromium dalam konsentrasi tertentu bersifat racun bagi manusia, hewan
dan tumbuh – tumbuhan.
Kromium juda
dapat di hasilkan dari proses isolasi dilabolatorium, karena kromium begitu
mudah tersedia secara komersial. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa
sumber yang paling berguna dari komersial kromium adalah bijih kromit, FeCr2O4.
Oksidasi bijih ini melalui udara dalam cairan alkali memberikan natrium
kromat, Na2CrO 4 di mana kromium dalam oksidasi 6 negara.
Ini dikonversi menjadi Cr (III) oksida, Cr2O3 dengan
ekstraksi ke dalam air, curah hujan, dan reduksi dengan karbon. Oksida kemudian
dikurangi lagi dengan aluminium atau silikon untuk membentuk logam kromium.
Isolasi jenis lain yang dapat
digunakan untuk menghasilkan krom adalah dengan proses elektroplating. Ini
melibatkan pembubaran Cr2O3 dalam asam sulfat untuk
memberikan suatu elektrolit yang digunakan untuk elektroplating krom.
D.
Bentuk
Keracunan Kromium
Efek racun akan
timbul, jika menghirup udara tempat kerja yang terkontaminasi, misalnya dalam
pengelasan stainless steel, kromat atau produksi pigmen krom, pelapisan krom,
dan penyamakan kulit. Selain itu, jika menghirup serbuk gergaji dari kayu yang
mengandung kromium akan menimbulkan efek keracunan. Efek toksik kromium dapat
merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, dan usus. Dampak jangka panjang yang
tinggi dari kromium menyebabkan kerusakan pada hidung dan paru-paru.
Mengonsumsi makanan berbahan kromium dalam jumlah yang sangat besar,
menyebabkan gangguan perut, bisul, kejang,
ginjal, kerusakan hati, dan bahkan kematian.
a. Efek Klinis
Efek dari chromium terhadap kesehatan yakni bisa mengalami
gangguan pernapasan dan juga mengganggu alat pencernaan. Chromium(Vi) dikenal
untuk menyebabkan berbagai kesehatan mempengaruhi. Ketika chromium merupakan
suatu campuran di dalam produk kulit, itu dapat menyebabkan reaksi alergi,
seperti ruam kulit. Setelah bernafas chromium(VI) dapat menyebabkan gangguan
hidung dan mimisan.
Lain permasalahan kesehatan yang adalah disebabkan oleh
chromium (VI) adalah:
·
Ruam Kulit
·
Ganggu perut dan borok
·
Permasalahan berhubung pernapasan
·
Sistem kebal yang diperlemah
·
Ginjal Dan Kerusakan Hati
·
Perubahan [dari;ttg] material hal
azas keturunan
·
Kanker Paru-Paru/Tempat terbuka
·
Kematian
b.
Keracunan Akut
·
Bila terhirup / inhalasi
Bila debu atau uap kromium terhirup pada konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan iritasi.
·
Bila kontak dengan kulit
Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat
menyebabkan iritasi pada kulit.
·
Bila kontak dengan mata
Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat
menyebabkan iritasi pada mata.
·
Bila tertelan
Logam kromium sangat sulit diabsorbsi melalui saluran pencernaan. Absorbsi
dalam jumlah yang cukup dari beberapa senyawa kromium dapat menyebabkan pusing,
haus berat, sakit perut, muntah, syok, oliguria atau anuria dan uremia yang
mungkin bisa fatal.
c.
Keracunan Kronis
·
Bila terhirup / inhalasi
Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama dari beberapa senyawa
kromium dilaporkan menyebabkan borok (ulcerasi) dan berlobang (perforasi) pada
nasal septum, iritasi pada tenggorokan dan saluran pernafasan bagian bawah,
gangguan pada saluran pencernaan, tapi hal ini jarang terjadi, gangguan pada
darah, sensitisasi paru, pneumoconiosis atau fibrosis paru dan efek pada hati
hal ini jarang terjadi. Pada hakekatnya efek ini belum pernah dilaporkan
terjadi akibat paparan logam.
·
Bila kontak dengan kulit.
Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama dari beberapa senyawa
kromium dilaporkan menyebabkan berbagai tipe dermatitis, termasuk eksim “Chrome
holes” sensitisasi dan kerusakan kulit dan ginjal. Pada hakekatnya efek ini
belum pernah dilaporkan akibat paparan logam.
·
Bila kontak dengan mata
Paparan berulang
dalam jangka waktu yang lama untuk beberapa senyawa krom dapat menyebabkan
radang selaput mata (konjungtivities) dan lakrimasi. Pada hakekatnya efek ini
belum pernah dilaporkan akibat paparan logam.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
2.
Jalur
pemajanan kromium melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan dan kulit.
3. Kromium adalah elemen yang secara
alamiah ditemukan dalam konsentrasi yang rendah di batuan, hewan, tanaman,
tanah, debu vulkanik dan juga gas. Kromium terdapat di alam dalam beberapa
bentuk senyawa yang berbeda. Bentuk yang paling umum adalah kromium (0),
kromium (III) dan kromium (VI). Kromium (VI) dan kromium (0) umumnya dihasilkan
dari proses industri.
4. Efek racun akan
timbul, jika menghirup udara tempat kerja yang terkontaminasi, misalnya dalam
pengelasan stainless steel, kromat atau produksi pigmen krom, pelapisan krom,
dan penyamakan kulit. Selain itu, jika menghirup serbuk gergaji dari kayu yang
mengandung kromium akan menimbulkan efek keracunan. Efek toksik kromium dapat
merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, dan usus. Dampak jangka panjang yang
tinggi dari kromium menyebabkan kerusakan pada hidung dan paru-paru.
B.
Saran
Mengingat bahaya dan
pencemaran yang ditimbulkan oleh kromium pada industri melalui pemaparan
terhadap manusia maupun limbah yang dihasilkan yang berdampak pada lingkungan,
maka pihak industri diharuskan untuk mengelola limbahnya terlebih dahulu
sebelum dibuang ke lingkungan. Kenyataan ini mendorong pihak industry untuk
memilih cara pengolahan yang efektif yang diharapkan akan mendapatkan kualitas
limbah krom yang memenuhi syarat. Selain itu, penggunaan APD juga diharapkan
mampu mengurangi resiko pemaparan terhadap senyawa bahaya dalam industry.