Sabtu, 22 Desember 2012

toksikologi kromium

TOKSIKOLOGI INDUSTRI
“ BAHAYA TOKSIKOLOGI KROMIUM”
BAB I

PENDAHULUAN



A.      Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya dengan potensi alamnya. Selain itu Indonesia juga sedang melakukan pembangunan negeri. Dalam pembangunan ini, maka banyak muncul industri sebagai penguat ekonomi. Salah satunya adalah industri pelapisan logam. Industri ini banyak memberikan manfaat, tetapi juga meninggalkan banyak pencemaran lingkungan dan penyakit yang menghinggapi para pekerjanya.

Menurut Mukono, dalam jumlah kecil kromium (Cr) dibutuhkan oleh manusia. Yaitu sebagai obat penguat stamina untuk beraktivitas sehari-hari dalam jumlah tertentu. Tetapi akan berbahaya kalau berlebihan terpapar oleh tubuh manusia. Akibatnya dapat berupa penyakit kronis, berlangsung selama bertahun-tahun, kalau mengenai salah satu organ tubuh.

Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat menggolongkan kromium sebagai suatu zat yang bersifat karsinogenik. Pekerja perusahaan yang menggunakan proses pelapisan kromium berisiko tinggi terimbas pencemaran kromium. Akumulasi uap yang terhirup saat proses pelapisan kromium bisa menyebabkan sesak napas dan berujung pada kanker paru-paru. Bukan itu saja, kulit yang terpapar kromium terus menerus akan menimbulkan ulserasi (borok), ulserasi pada selaput lendir hidung, vascular effect (pembuluh darah pada aorta rusak), anemia dan membuat tubuh lesu, menurunkan imunitas tubuh, gangguan reproduksi dan gangguan ginjal. Sejak 1982, penyakit dermatitis telah menjadi salah satu dari sepuluh besar penyakit akibat kerja (PAK) berdasarkan potensial insidens, keparahan dan kemampuan untuk dilakukan pencegahan (NIOSH 1996).

Biro statistik Amerika Serikat (1988), penyakit kulit menduduki sekitar 24% dari seluruh penyakit akibat kerja yang dilaporkan. Setengah sampai dua pertiga dermatitis akibat kerja terjadi di pabrik. Walaupun insiden penyakit dermatitis akibat kerja terus menurun secara perlahan sejak tahun 1974, hal tersebut diyakini karena tidak diketahui atau karena kesalahan dalam klasifikasi penyakit. The National Institute of Occupational Safety Hazards (NIOSH) dalam survei tahunan (1975) memperkirakan angka kejadian dermatitis akibat kerja yang sebenarnya adalah 20 -30 kali lebih tinggi dari kasus yang dilaporkan (Thaha, 1997).

Amerika Serikat mencatat bahwa dermatitis akibat kerja merupakan 40% dari semua penyakit akibat kerja yang non traumatik. Di Inggris lebih banyak hari kerja yang hilang karena penyakit dermatitis kontak dibandingkan dengan hari kerja yang hilang karena penyakit akibat kerja lainnya. Pada pekerja laki-laki diperkirakan 650.000 hari kerja yang hilang, sedangkan wanita sebanyak 200.000 hari kerja yang hilang pertahun (Djarismawati, 2004). Di Amerika Serikat pula, 90% klaim kesehatan akibat kelainan kulit pada pekerja diakibatkan oleh dermatitis kontak. Antigen penyebab utamanya adalah nikel, potasium dikromat dan parafenilendiamin. Konsultasi ke dokter kulit sebesar 4-7% diakibatkan oleh dermatitis kontak.



B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu :

1.      Bagaimana penyebaran kromium dalam tubuh ?

2.      Apakah sifat dan kegunaan kromium ?

3.      Darimana sumber kromium ?

4.      Bagaimana bentuk keracunan kromium ?



C.    Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yakni:

1.      Untuk mengetahui penyebaran kromium dalam tubuh.

2.      Untuk mengetahui sifat dan kegunaan kromium.

3.      Untuk mengetahui sumber kromium.

4.      Untuk mengetahui bentuk keracunan kromium.

BAB II

KAJIAN TEORI



A.      Toksikologi

Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia (Casarett and Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/ cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan ekotoksikologi.

Toksikologi adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sifat sifat dan cara kerja racun. Ilmu ini membutuhkan disiplin lain untuk memahaminya. Cabang cabang ilmu biologi, kimia, biokimia, farmakologi, fisiologi dan patologi adalah ilmu ilmu yang sangat menunjang dalam mempelajari atau mendalami toksikologi. Para ahli toksikologi (Toxicologist), dengan tujuan dan metoda tertentu tugasnya adalah mencari/mempelajari bagaimana bekerjanya (Harmful action) bahan bahan kimia (beracun) pada jaringan atau tubuh.

Toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk hidup dan sistem biologik lainnya. Ia dapat juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek tersebut sehubungan dengan terpejannya (exposed) makhluk tadi. Apabila zat kimia dikatakan berracun (toksik), maka kebanyakan diartikan sebagai zat yang berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu pada suatu organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi racun di reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan. Sehingga apabila menggunakan istilahtoksik atautoksisitas, maka perlu untuk mengidentifikasi mekanisme biologi di mana efek berbahaya itu timbul.

Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam kemampuannya menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan mekanisme biologi pada suatu organisme (Wirasuta, 2006).



B.       Kromium

Pada tahun 1797, analis dari Prancis, yang bernama Louis-Nicholas Vauquelin menemukan “kromium“. Namun sebelumnya, Vauquelin menganalisis zamrud dari Peru dan menemukan bahwa warna hijau adalah karena adanya unsur baru, yaitu kromium.

Bahkan, nama kromium berasal dari kata Yunani “kroma” yang berarti “warna”, dinamakan demikian karena banyaknya senyawa berwarna berbeda yang diperlihatkan oleh kromium Satu atau dua tahun kemudian seorang kimiawan dari Jerman, Tassaert yang bekerja di Paris menemukan kromium dalam bijih Kromit, Fe(CrO2)2, yang merupakan sumber utama kromit hingga sekarang.

Pada pertengahan abad ke-18 seorang analisis dari Siberia menunjukkan bahwa kromium terdapat cukup banyak dalam senyawa PbCrO4, tetapi juga terdapat dalam senyawa lain. Ini akhirnya diidentifikasi sebagai kromium oksida. Kromium oksida ditemukan pada 1797 oleh Louis-Nicholas Vauquelin.

Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. (Wikipedia)

Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Khrom juga berwarna abu-abu, berkilau, keras sehingga memerlukan proses pemolesan yang cukup tinggi.

Khromium (Cr) adalah metal kelabu yang keras. Khromium terdapat pada industri gelas, metal, fotografi, dan elektroplating. Dalam bidang industri, khromium diperlukan dalam dua bentuk, yaitu khromium murni dan aliasi besi-besi khromium yang disebut ferokromium sedangkan logam khromium murni tidak pernah ditemukan di alam. Khromium sendiri sebetulnya tidak toksik, tetapi senyawanya sangat iritan dan korosif. Inhalasi khromium dapat menimbulkan kerusakan pada tulang hidung. Di dalam paru-paru, khromium ini dapat menimbulkan kanker. Sebagai logam berat, khrom termasuk logam yang mempunyai daya racun tinggi. Daya racun yang dimiliki oleh khrom ditentukan oleh valensi ionnya. Logam Cr6+ merupakan bentuk yang paling banyak dipelajari sifat racunnya dikarenakan Cr6+ merupakan toxic yang sangat kuat dan dapat mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan keracunan kronis. (Soemirat, 2002). 

Khromium mempunyai konfigurasi electron 3d54s1, sangat keras, mempunyai titik leleh dan titik didih tinggi diatas titik leleh dan titik didih unsur-unsur transisi deret pertama lainnya. Bilangan oksidasi yang terpenting adalah +2, +3 dan +6. jika dalam keadaan murni melarut dengan lambat sekali dalam asam encer membentuk garam kromium (II). (Achmad, Hiskia, 1992). 

































BAB III

PEMBAHASAN



A.      Penyebaran Kromium

Jalur pemajanan kromium melalui:

a.    Pernafasan

Cara masuk krom melalui saluran pernafasan adalah dengan menghirup debu kromium yang dihasilkan dari proses produksi. Krom (VI) ditemukan di zona pernafasan pada pekerja dibagian pengelasan dengan konsentrasi antara 3,8-6,6 µgr/m3 .

b.    Saluran pencernaan

Cara masuk krom dapat melalui makanan atau tertelan. Kandungan krom dalam makanan berkisar antara 5-250 µgr/kg. makanan yang mempunyai kadar kromium tinggi yaitu lada dan ragi bir (Schroeder et al, 1962).

c.    Kulit

Sifat dari senyawa krom seperti adam kromik, dikromat dan kromium (VI) selain iritan juga kororsif, bila terjadi kontak langsung dapat menimbukan alergi. Kromium khususnya kromat, banyak menimbulkan alergi dan penyebab dermatitis terbesar bagi pekerja.



B.       Sifat dan Kegunaan Kromium

a.      Sifat kromium

1.      Sifat fisik kromium















Massa Jenis
7,15 g/cm3 (250C)
Titik Lebur
2180 K, 19070C, 3465 ° F
Titik Didih
2944 K, 26710C, 4840 ° F
Entalpi Peleburan
20,5 kJ mol -1
Panas Penguapan
339 kJ mol -1
Entalpi Atomisasi
397 kJ mol -1
Kapasitas Kalor (250C)
  23,25 J/mol.K
Konduktivitas Termal
94 W m -1 K -1
Koefisien ekspansi termal linier
4,9 x 10 -6 K -1
Kepadatan
7,140 kg m -3
Volum Molar
7,23 cm 3
Sifat Resistivitas listrik
12,7 10 -8 Ω m


Karakteristik
  24Cr
Massa atom relative
51,996
Jari-jari atom (nm)
0,117
Jari-jari ion(pm) M+2, M+3, M+4, M+5, M+6  (Bilangan koordinasi 6)
73, 61.5, 55, 49, 44
Keelektronegatifan
1,6
Energi ionisasi (IE) kJ/mol-1
659
Kelimpahan (ppm)
122
Densitas (g cm-3)
7, 14
Potensial elektroda
M+2(aq)  +  2e             M(s)
M3+(aq)  +  e               M+2(aq) 

-0,56
-0,41
Konfigurasi elektronik
[18Ar] 3d54s1

Konfigurasi elektronik untuk kromium menyimpang dari diagram Aufbau. Dibandingkan molibdenum dan wolfram, kromium lebih mudah bereaksi dengan asam non oksidator menghasilkan Cr(II), tetapi dengan asam oksidator reaksinya menjadi terhambat dengan terbentuknya lapisan kromium(III) oksida (Sugiyarto dan Suyanti, 2010). Kromium mempunyai variasi tingkat oksidasi yang paling banyak, sehingga logam kromium lebih banyak membentuk persenyawaan. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan logam golongan 6 pada tingkat oksidasi rendah tidak stabil dengan naiknya nomor atom. 

Senyawa-senyawa oksida kromium, seperti Cr2O3 dan Cr(OH)3 bersifat amfoterik. Hal ini disebabkan oleh karena sifat basa oksida dan hidroksida kromium menurun (atau sifat asam naik) dengan naiknya tingkat oksidasi. Sama seperti CrO3 yang mempunyai tingkat oksidasi lebih tinggi bersifat asam. Hal ini dapat dipahami bahwa Cr(VI) mempunyai jari-jari ionik lebih pendek dan rapatan muatan lebih tinggi sehingga spesies ini mempunyai kecenderungan yang lebih besar sebagai akseptor pasangan elektron. Karakteristik beberapa oksida kromium

Tingkat oksidasi
Oksida (a)
Hidroksida
Sifat
Ion
Nama
Warna
+2
CrO
Cr(OH)2
Basa
Cr2+      (b)
Kromo kromium(II)
Biru muda
+3
Cr2O3 (hijau)
Cr(OH)3(c)
amfoterik
Cr2+ atau [Cr(H2O)6]3+
[Cr(OH)3](d)
Kromi atau kromium(III)
Violet hijau
+6
Cr2O3 (merah tua)
CrO2(OH)2 Cr2O5(OH)2
Asam
CrO42-
Cr2O72-
Kromat dokromat
Kuning oranye

Kromium trioksida bersifat sangat asam dan bereaksi dengan basa menghasilkan kromat, CrO4-. Penurunan pH, dengan penambahan asam ke dalam larutan kromat pada mulanya mengakibatkan kondensasi unit-unit tetahedron CrO4 menjadi ion dikromat Cr2O72-, dan kondensasi lebih lanjut menghasilkan endapan CrO3

2.      Sifat kimia kromium

Nomor Atom
24
Massa Atom
51,9961 g/mol
Golongan, periode, blok
VI B, 4, d
Konfigurasi elektron    
[Ar] 3d5 4s1
Jumlah elektron tiap kulit
2, 8,13, 1
Afinitas electron
64,3 kJ / mol -1
Ikatan energi dalam gas
142,9 ± 5,4 kJ / mol -1.
Panjang Ikatan Cr-Cr 
249 pm
Senyawa beracun dan mudah terbakar




b.      Kegunaan kromium

Khrom digunakan untuk mengeraskan baja, pembuatan baja tahan karat dan membentuk banyak alloy (logam campuran) yang berguna. Kebanyakan digunakan dalam proses pelapisan logam untuk menghasilkan permukaan logam yang keras dan indah dan juga dapat mencegah korosi. Khrom memberikan warna hijau emerald pada kaca. Industri refraktori menggunakan khromit untuk membentuk batu bata, karena khromit memiliki titik cair yang tinggi, pemuaian yang relatif rendah dan kestabilan struktur kristal.

Beberapa senyawa kromium digunakan sebagai katalis. Misalnya Phillips katalis untuk produksi polietilen adalah campuran dari kromium dan silikon dioksida atau campuran dari krom dan titanium dan aluminium oksida. Kromium (IV) oksida (CrO 2) merupakan sebuah magnet senyawa
Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat. Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bangunan, komponen kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor, maupun sebagai pelapis perhiasan seperti emas, emas yang dilapisi oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas putih.

Perpaduan Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan karat. Kromium (IV) oksida digunakan untuk pembuatan pita magnetik digunakan dalam performa tinggi dan standar kaset audio.
Asam kromat adalah agen oksidator yang kuat dan merupakan senyawa yang bermanfaat untuk membersihkan gelas laboratorium dari setiap senyawa organik. Hal ini disiapkan dengan melarutkan kalium dikromat dalam asam sulfat pekat, yang kemudian digunakan untuk mencuci aparat. Natrium dikromat kadang-kadang digunakan karena lebih tinggi kelarutan (5 g/100 ml vs 20 g/100 ml masing-masing). Kalium dikromat merupakan zat kimia reagen, digunakan dalam membersihkan gelas laboratorium dan sebagai agen titrating.

Dalam industri logam, kromium terutama digunakan untuk membuat paduan (aliase) dengan besi, nikel, dan kobalt. Penambahan kromium memberikan kekuatan dan kekerasan serta sifat tahan karat pada paduan logam. Baja tahan karat (stainless steels) mengandung sekitar 14% kromium. Oleh karena kekerasannya, paduan kromium dengan kobalt dan tungsten (wolfram) digunakan untuk membuat mesin potong cepat. Kromium digunakan dalam membuat berbagai macam pernik kendaraan bermotor karena sangat mengkilap. Penggunaan kromium sebagai refraktori terutama karena mempunyai titik leleh yang tinggi (1857°C), koefisien muai yang tidak terlalu besar dan mempunyai bentuk kristal yang stabil.

Kromium digunakan untuk melapisi baja untuk variasi (pernik) kendaraan bermotor dan untuk tujuan dekoratif lainnya. Pelapisan itu dilakukan secara elektrolisis, yaitu dengan electroplating. Untuk tujuan itu digunakan senyawa kromium dengan tingkat oksidasi +6. Dalam prosesnya, kromium mula-mula direduksi menjadi Cr+ baru kemudian menjadi kromium. Akan tetapi, jika larutan yang digunakan adalah Cr3+, ternyata pelapisan tidak teijadi. Hal itu disebabkan ion Cr3* dalam air terikat sebagi ion kompleks yang stabil, yaitu [Cr(H20)6]3+. Ion kompleks ini tidak mudah direduksi. Jika yang digunakan adalah Cr6+, maka ion Cr3"1" terbentuk dalam suatu lapisan di permukaan logam dan tidak lagi bereaksi dengan air, melainkan langsung direduksi menjadi unsur kromium (Cr).



C.      Sumber Kromium

Di alam kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas. Selain ditemukan dalam bijih kromit, kromium juga dapat ditemukan dalam PbCrO4, yang merupakan mineral kromium dan banyak ditemukan di Rusia, Brazil, Amerika Serikat, dan Tasmania. Selain itu, kromium juga dapat ditemukan di matahari, meteorit, kerak batu dan air laut.

Bijih utama khrom adalah khromit, yang ditemukan di Zimbabwe, Rusia, Selandia Baru, Turki, Iran, Albania, Finlandia, Republik Demokrasi Madagaskar, dan Filipina. Logam ini biasanya dihasilkan dengan mereduksi khrom oksida dengan aluminum.

Kromium adalah elemen yang secara alamiah ditemukan dalam konsentrasi yang rendah di batuan, hewan, tanaman, tanah, debu vulkanik dan juga gas. Kromium terdapat di alam dalam beberapa bentuk senyawa yang berbeda. Bentuk yang paling umum adalah kromium (0), kromium (III) dan kromium (VI). Kromium (VI) dan kromium (0) umumnya dihasilkan dari proses industri.

Kromium (III) terdapat di alam secara alamiah dan merupakan salah satu unsur nutrisi yang penting bagi manusia. Kromium (VI) dan kromium (0) umumnya dihasilkan dari proses industri. Kromium adalah logam baja berwarna abu – abu, ditambang dalam bentuk biji kromit, tidak berbau dan mengkilat. Kromium stabil pada tekanan dan temperature normal. Kromium dalam konsentrasi tertentu bersifat racun bagi manusia, hewan dan tumbuh – tumbuhan.

Kromium juda dapat di hasilkan dari proses isolasi dilabolatorium, karena kromium begitu mudah tersedia secara komersial. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa sumber yang paling berguna dari komersial kromium adalah bijih kromit, FeCr2O4. Oksidasi bijih ini melalui udara dalam cairan alkali memberikan natrium kromat, Na2CrO 4 di mana kromium dalam oksidasi 6 negara. Ini dikonversi menjadi Cr (III) oksida, Cr2O3 dengan ekstraksi ke dalam air, curah hujan, dan reduksi dengan karbon. Oksida kemudian dikurangi lagi dengan aluminium atau silikon untuk membentuk logam kromium.

Isolasi jenis lain yang dapat digunakan untuk menghasilkan krom adalah dengan proses elektroplating. Ini melibatkan pembubaran Cr2O3 dalam asam sulfat untuk memberikan suatu elektrolit yang digunakan untuk elektroplating krom.



D.      Bentuk Keracunan Kromium

Efek racun akan timbul, jika menghirup udara tempat kerja yang terkontaminasi, misalnya dalam pengelasan stainless steel, kromat atau produksi pigmen krom, pelapisan krom, dan penyamakan kulit. Selain itu, jika menghirup serbuk gergaji dari kayu yang mengandung kromium akan menimbulkan efek keracunan. Efek toksik kromium dapat merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, dan usus. Dampak jangka panjang yang tinggi dari kromium menyebabkan kerusakan pada hidung dan paru-paru. Mengonsumsi makanan berbahan kromium dalam jumlah yang sangat besar, menyebabkan gangguan perut, bisul, kejang, ginjal, kerusakan hati, dan bahkan kematian.

a.    Efek Klinis

Efek dari chromium terhadap kesehatan yakni bisa mengalami gangguan pernapasan dan juga mengganggu alat pencernaan. Chromium(Vi) dikenal untuk menyebabkan berbagai kesehatan mempengaruhi. Ketika chromium merupakan suatu campuran di dalam produk kulit, itu dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam kulit. Setelah bernafas chromium(VI) dapat menyebabkan gangguan hidung dan mimisan.

Lain permasalahan kesehatan yang adalah disebabkan oleh chromium (VI) adalah:

·         Ruam Kulit

·         Ganggu perut dan borok

·         Permasalahan berhubung pernapasan

·         Sistem kebal yang diperlemah

·         Ginjal Dan Kerusakan Hati

·         Perubahan [dari;ttg] material hal azas keturunan

·         Kanker Paru-Paru/Tempat terbuka

·         Kematian

b.      Keracunan Akut

·         Bila terhirup / inhalasi

Bila debu atau uap kromium terhirup pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi.

·         Bila kontak dengan kulit

Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat menyebabkan iritasi pada kulit.

·         Bila kontak dengan mata

Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat menyebabkan iritasi pada mata.

·         Bila tertelan

Logam kromium sangat sulit diabsorbsi melalui saluran pencernaan. Absorbsi dalam jumlah yang cukup dari beberapa senyawa kromium dapat menyebabkan pusing, haus berat, sakit perut, muntah, syok, oliguria atau anuria dan uremia yang mungkin bisa fatal.

c.       Keracunan Kronis

·         Bila terhirup / inhalasi

Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama dari beberapa senyawa kromium dilaporkan menyebabkan borok (ulcerasi) dan berlobang (perforasi) pada nasal septum, iritasi pada tenggorokan dan saluran pernafasan bagian bawah, gangguan pada saluran pencernaan, tapi hal ini jarang terjadi, gangguan pada darah, sensitisasi paru, pneumoconiosis atau fibrosis paru dan efek pada hati hal ini jarang terjadi. Pada hakekatnya efek ini belum pernah dilaporkan terjadi akibat paparan logam.

·         Bila kontak dengan kulit.

Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama dari beberapa senyawa kromium dilaporkan menyebabkan berbagai tipe dermatitis, termasuk eksim “Chrome holes” sensitisasi dan kerusakan kulit dan ginjal. Pada hakekatnya efek ini belum pernah dilaporkan akibat paparan logam.

·         Bila kontak dengan mata

Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama untuk beberapa senyawa krom dapat menyebabkan radang selaput mata (konjungtivities) dan lakrimasi. Pada hakekatnya efek ini belum pernah dilaporkan akibat paparan logam.





















BAB IV

PENUTUP



A.  Kesimpulan

1.      Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. (Wikipedia)

2.      Jalur pemajanan kromium melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan dan kulit.

3.      Kromium adalah elemen yang secara alamiah ditemukan dalam konsentrasi yang rendah di batuan, hewan, tanaman, tanah, debu vulkanik dan juga gas. Kromium terdapat di alam dalam beberapa bentuk senyawa yang berbeda. Bentuk yang paling umum adalah kromium (0), kromium (III) dan kromium (VI). Kromium (VI) dan kromium (0) umumnya dihasilkan dari proses industri.

4.      Efek racun akan timbul, jika menghirup udara tempat kerja yang terkontaminasi, misalnya dalam pengelasan stainless steel, kromat atau produksi pigmen krom, pelapisan krom, dan penyamakan kulit. Selain itu, jika menghirup serbuk gergaji dari kayu yang mengandung kromium akan menimbulkan efek keracunan. Efek toksik kromium dapat merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, dan usus. Dampak jangka panjang yang tinggi dari kromium menyebabkan kerusakan pada hidung dan paru-paru.



B.     Saran

Mengingat bahaya dan pencemaran yang ditimbulkan oleh kromium pada industri melalui pemaparan terhadap manusia maupun limbah yang dihasilkan yang berdampak pada lingkungan, maka pihak industri diharuskan untuk mengelola limbahnya terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Kenyataan ini mendorong pihak industry untuk memilih cara pengolahan yang efektif yang diharapkan akan mendapatkan kualitas limbah krom yang memenuhi syarat. Selain itu, penggunaan APD juga diharapkan mampu mengurangi resiko pemaparan terhadap senyawa bahaya dalam industry.




1 komentar: